Jumat, 26 Februari 2016

METODE PENGENDALIAN GULMA

Gulma merupakan tumbuhan yang tumbuh di suatu tempat dalam waktu tertentu yang tidak dikehendaki oleh manusia. Gulma tidak dikehendaki karena bersaing dengan tanaman yang dibudidayakan dan dibutuhkan biaya pengendalian yang cukup besar yaitu sekitar 25-30% dari biaya produksi (Soerjani et al. 1996).

Persaingan tanaman dengan gulma terjadi dalam hal kebutuhan unsur hara, air, cahaya dan ruang tumbuh sehingga dapat:
1) Menurunkan hasil,
2) Menurunkan kualitas hasil,
3) Menurunkan nilai dan produktivitas tanah,
4) Meningkatkan biaya pengerjaan tanah,
5) Meningkatkan biaya penyiangan,
6) Meningkatkan kebutuhan tenaga kerja, dan
7) Menjadi inang bagi hama dan penyakit.

Gulma mampu bersaing efektif selama jangka waktu kira-kira 1/4 - 1/3 dari umur tanaman semusim (annual crops) sejak awal pertumbuhannya. Pada lahan kering gulma tumbuh lebih awal dan populasinya lebih padat dan menang bersaing dengan tanaman yang dibudidayakan, sehingga gulma seringkali menjadi masalah utama setelah faktor air dalam sistem produksi tanaman tebu

Jenis-jenis Gulma

Jenis-jenis gulma berdasarkan morfologinya:
1.      Gulma Daun Lebar (broad leaf)
2.      Gulma Rerumputan (grasses))
3.      Gulma Teki-tekian (sedges)

Pengendalian Gulma

Metode pengendalian gulma:
1.      Preventif
2.      Mekanis
3.      Kultur Teknis
4.      Biologis
5.      Kimiawi

1.      Preventif (Pencegahan)

Pengendalian gulma secara preventif dapat dilakukan dengan cara mencegah invasi gulma , mencegah menetapnya gulma, dan/atau mencegah menyebarnya suatu spesies gulma ke suatu daerah yang sebelumnya tidak pernah ditumbuhi gulma tersebut
Tindakan preventif:
·         Menanam benih bebas dari biji gulma
·         Menggunakan pupuk kandang yang bebas gulma
·         Menggunakan alat panen yang bersih dan bebas gulma
·         Memberantas gulma yang tumbuh dan menyebar di sekitar daerah irigasi dan areal tanam
Semua tindakan diatas akan lebih efektif bila diikuti oleh:
·         Program pendidikan
·         Penelitian
·         Regulasi dan/atau karantina

2.      Mekanis

Cara ini telah dilaksanakan jauh sebelum penemuan herbisida

Ø  Hand-weeding (pencabutan/bubut)

·         Paling efektif untuk gulma yang baru tumbuh, gulma yang masih muda, terutama gulma semusim
·         Tidak efektif dalam mengendalikan gulma tahunan yang telah kuat tumbuhnya dimana organ perbanyakan vegetatifnya yang terdapat di bawah permukaan tanah tidak akan terganggu oleh pencabutan
·         Baik untuk mengendalikan gulma di pekarangan atau di kebun yang tidak terlalu luas

Ø  Tillage (mengolah tanah)

·         Tidak satupun cara olah tanah yang sesuai untuk semua kondisi pertanian, sehingga membutuhkan beberapa fleksibilitas
·         Cara ini dapat menimbun gulma dan biji-bijinya, memisahkan sistem perakaran, menyebabkan gulma di atas permukaan tanah menjadi mengering dan/atau dapat menstimulasi perkecambahan biji gulma agar selanjutnya dapat dikendalikan
·         Biasanya digunakan cangkul atau bajak
·         Masih bertahan sebagai alat pengendali gulma sampai saat ini di hampir seluruh tempat di dunia
·         Sangat efektif untuk gulma semusim yang baru tumbuh
·         Gulma akan segera mati bila semua bagian gulma bisa dibenamkan
·         Tidak efektif membenamkan gulma tahunan yang punya alat perbanyakan yang terbenam di dalam tanah (teki dan alang-alang)

Ø  Mowing (Pembabatan)

Terbatas penggunaannya, terutama dilakukan untuk mengurangi produksi biji gulma dan untuk membatasi pertumbuhan gulma tertentu pada pekarangan, lapangan golf, dan sepanjang tepi jalan.

Ø  Mulching (Pemulsaan)

Mulsa dapat mengurangi perkecambahan biji-biji gulma dan mengurangi terbentuknya “seed-bank”, melalui
·         Menyekat/membatasi tanah dari variasi temperatur harian agar dapat mengurangi perkecambahan banyak spesies gulma
·         Mencegah cahaya mencapai biji gulma di permukaan tanah, sehingga mencegah perkecambahan biji gulma yang butuh cahaya dalam perkecambahan. Selanjutnya, bila biji-biji tersebut dapat berkecambah tidak akan mampu tumbuh karena tidak dapat menembus mulsa yang tebal.
·         Terlepasnya senyawa fitotoksik dari dekomposisi mulsa organik seperti jerami padi, kulit-kulit kayu dan potongan-potongan kayu yang tidak terdekomposisi sempurna. Hal ini dapat juga mempengaruhi tanaman terutama tanaman yang masih kecil
·         Untuk pertanian berskala luas, residu tanaman dapat berfungsi sebagai mulsa. Kondisi ini dapat menjadi penyangga terhadap fluktuasi temperatur, mengurangi laju evaporasi air dari permukaan tanah, dan dapat menimbulkan efek alelopati.

Beberapa hambatan/kendala:
·         Tidak cukup membatasi pertumbuhan gulma dibawah ambang batas ekonomi, butuh herbisida
·         Residu tanaman dapat membatasi efisiensi aplikasi herbisida, terutama bila penutupan tidak cukup
·         Residu tersebut dapat membatasi efektivitas pengendalian gulma melalui cara pengolahan tanah

Ø  Penggenangan

·         Irigasi dapat digunakan untuk memanipulasi biji gulma dengan cara menstimulasi perkecambahannya, dan kemudian melaksanakan pengendalian yang tepat sebelum tanam (pre-planting).
·         Dapat mengatasi masalah gulma daratan, terutama Echinochloa crussgalli.
·         Tetapi, akan muncul gulma air yang lain seperti Cyperus diformis; Sagittaria montevidensis

Akan efektif bila:
·         Semua bagian gulma betul-betul terendam
·         Dibatasi oleh jenis tanah (harus kedap air)
·         Tersedianya air dalam jumlah cukup
Esensinya: mencegah pengambilan O2 oleh akar dari tanah karena tanah jadi anaerob

Ø  Pembakaran

Pembakaran gulma menyebabkan terjadinya penggumpalan protoplasma karena suhu tinggi sehingga bagian gulma tersebut akan mati, namun bagian gulma yang tidak terbakar belum tentu ikut mati, contoh pada pembakaran padang alang-alang hanya memusnahkan bagian atas gulma, namun tidak lama berselang gulma alang-alang tersebut akan tumbuh kembali dengan memanfaatkan stolon yang berada di bawah permukaan tanah.  Pembakaran juga akan memicu biji-biji gulma dalam tanah masak sebelum waktunya dan tumbuh/berkecambah lebuh cepat.

Ø  Perlakuan Panas

·         Potting mixtures (media tanam komersial), pada industri hortikultura, sering diperlakukan panas untuk mengendalikan patogen, tetapi sekaligus juga dapat mengendalikan gulma. Perlakuan uap panas dapat membunuh biji-biji gulma pada temperatur diatas 70°C sekurang-kurangnya 30 menit.
·         Api juga dapat menyebabkan biji gulma jadi steril bergantung pada tingginya suhu
  
3.      Pengendalian Gulma secara Kultur Teknik

Pengendalian gulma secara kultur teknik atau budidaya ini antara lain :
Ø  Penyiapan lahan dan pengaturan jarak tanam yang baik, pengaturan    
lingkungan akan lebih baik atau menguntungkan bagi tanaman budidaya dari pada gulma itu.
Ø  Rotasi tanaman (crop rotation), beberapa jenis gulma telah menyesuaikan diri dengan tanaman tertentu. Penyesuaian ini karena keadaan lingkungan yang cocok atau karena telah menyesuaikan diri dengan tindakan pemeliharaan tanaman.
Ø   Bertanam campuran (Polikultur/Tumpang sari), tanaman tertentu pertumbuhannya diikuti oleh gulma tertentu, sehingga apabila dalam satu lahan ditanam berbagai jenis tanaman yang berbeda sifat ada kemungkinan tanaman yang satu dapat menekan pertumbuhan gulma.

4.      Pengendalian Gulma secara Biologi

Pengendalian gulma secara biologi adalah pengendalian gulma dengan memanfaatkan serangga hama yang dapat menghambat pertumbuhan gulma itu sendiri. Serangga itu didatangkan ke suatu daerah/lingkungan yang baik untuk pertumbuhannya. Dalam pengendalian ini, syarat yang diperlukan adalah :
Ø  Aktivitas dan penyebaran binatang tersebut dapat diatur dan dikuasai.
Ø  Harus monofag dan tidak ada inang alternatif yang berupa tanaman budidaya.
Ø  Areal yang cukup luas
Ø  Harus aman

Syarat tersebut harus diperhatikan, jagan sampai pengendalian serangganya lebih sulit dari pada pengendalian gulma itu sendiri. Dan apabila syarat tersebut telah dipenuhi, maka pengendalian biologi adalah cara yang palig baik dan aman.

Beberapa contoh pengendalian gulma secara biologi :

-  Mimosa pigra :
a.  Acanthoscellides quadridentatus (Coleoptera : Chrysomelidae)
b.  Carmenta mimosa (Lepidoptera : Sesiidae)
c.  Chalcodermus serripes (Coleopetra : Curculionidae)
d.  Sibinia spp. (Coleptera : Curculionidae), membentuk pupa dalam Mimosa
      dan dapat menyerang kuncup bunga.

-  Chromolaena odarata
a.  Pareuchaetes pseudoinsulata (Lepidoptera : Arctidae)
     menggerek : diluar jaringan (menggigit mengunyah)
     menggorok : berada di dalam jaringan. Bagian daun yang terserang akan   
     berwarna kuning dan pada akhirnya layu dan mati.
b.  Pentispa expelanta ( Coleoptera : Chrysomelidae)
     Larva memakan daun hingga daun berbentuk seperti renda-renda. Imago 
     memakan daun dan batang  serta meletakkan telur pada permukaan
     jaringan epidermis daun.
    
-  Micania micrantha
a.  Apion sp. (Coleoptera : Apionidae)
     meletakkan telur pada bunga dan memakan kepala putik.

-  Mimosa invisa
a.  Psygidia walkeri (Lepidoptera : Cercophanidae)
     memakan semua bagian tanaman
b.  Scamurius sp. (Hemiptera : Coreidae)
     menyerang pada fase vegetatif dan pembungaan.

5.      Pengendalian Gulma secara Kimia

Pengendalian gulma secara kimia dilakukan dengan penggunaan herbisida. Menurut cara kerjanya Herbisida terbagi atas :

Ø  Herbisida kontak

Herbisida kontak adalah herbisida yang mematikan gulma dengan cara kontak melalui absorbsi akar atau daun. Herbisida jenis ini akan merusak bagian gulma yang terkena langsung oleh herbisida tersebut. Bagian gulma yang tidak terkena langsung oleh herbisida ini tidak akan rusak karena kandungan racun herbisida tidak ditranslokasikan ke bagian-bagian gulma lainnya. Contohnya herbisida kontak adalah herbisida yang bahan aktifnya asam sulfat 70 %, besi sulfat 30 %, tembaga sulfat 40 % dan paraquat.

Ø  Herbisida sistemik atau ditranslokasikan

Herbisida sistemik yaitu herbisida yang mematikan gulma melalui translokasi racun ke seluruh bagian-bagian gulma.  Herbisida sistemik mematikan gulma dengan berbagai cara:
1. menghambat fotosintesis, seperti herbisida berbahan aktif triazin dan substitusi urea amida.
2.    menghambat pernafasan (respirasi), seperti herbisida berbahan aktif amitrol dan arsen.
3.     menghambat perkecambahan, seperti herbisida berbahan aktif tiokarbamat dan karbamat.
4.    menghambat pertumbuhan gulma, seperti herbisida berbahan aktif 2, 4 D, dicamba, dan picloram.

Menurut waktu aplikasinya herbisida dibedakan menjadi :

Ø  Herbisida pra-pengolahan tanah adalah herbisida yang diaplikasikan pada lahan sebelum lahan tersebut diolah dan ditumbuhi gulma dengan tujuan membersihkan lahan sebelum dilakukannya pengolahan tanah, contohnya adalah herbisida dengan bahan aktif paraquat.

Ø  Herbisida pra-tanam adalah herbisida yang diaplikasikan pada lahan setelah dilakukan pengolahan tanah dan sebelum lahan tersebut ditanami  tanaman budidaya dengan tujuan mengendalikan serta mencegah biji maupun organ perbanyakan vegetatif gulma lainnya yang muncul berkat proses pembalikan tanah ke permukaan tumbuh di lahan, contohnya adalah herbisida dengan bahan aktif EPTC dan triazin.

Ø  Herbisida pra-tumbuh  adalah herbisida yang diaplikasikan setelah lahan ditanami tapi sebelum tanaman dan gulma tumbuh di lahan tersebut dengan tujuan menekan  pertumbuhan gulma yang akan tumbuh bersamaan dengan tumbuhnya tanaman budidaya, contohnya herbisida dengan bahan aktif nitralin.

Ø  Herbisida pasca tumbuh adalah herbisida yang diaplikasikan pada lahan setelah tanaman yang dibudidayakan tumbuh di lahan tersebut  dengan tujuan menekan keberadaan gulma setelah tanaman yang dibudidayakan tumbuh, contohnya adalah herbisida dengan bahan aktif propanil, glyphosate, dan dalapon.

Menurut selektivitasnya, herbisida dapat dibedakan menjadi:

Ø  Herbisida selektif adalah herbisida yang jika diaplikasikan pada berbagai jenis tumbuhan hanya akan mematikan gulma spesies tertentu dan relatif tidak mengganggu tanaman yang dibudidayakan misalnya herbisida berbahan aktif 2,4-D dimetil amina yang mematikan gulma daun lebar dan relatif tidak mengganggu tanaman serelia.

Ø  Herbisida non-selektif adalah herbisida yang bila diaplikasikan pada beberapa jenis tumbuhan melalui tanah atau daun dapat mematikan hampir semua jenis tumbuhan termasuk tanaman yang dibudidayakan misalnya herbisida berbahan aktif arsenikal, klorat dan karbon disulfida.

Menurut sifat kimianya, herbisida dibedakan menjadi :

Ø  Herbisida anorganik adalah herbisida yang bahan aktifnya tersusun secara anorganik, misalnya herbisida berbahan aktif amonium sulfanat, amonium sulfat, amonium tiosianat, kalsium sianamida, tembaga sulfat-nitrat-ferosulfat, sodium arsenat, sodium tetraborat, sodium klorat, sodium klorida-nitrat dan asam sulfurat.

Ø  Herbisida organik adalah herbisida yang bahan aktifnya tersusun secara organik, misalnya herbisida golongan nitrofenol+anilin, herbisida tipe hormon, herbisida berbahan aktif asam benzoat+fenil asetat, amida, nitril, arilkarbamat, substitusi urea, piridin, pirimidin-urasil, triazin, amitrol dan gugusan organoarsenat.

Pemberian herbisida dapat dibedakan menjadi :
Ø  perlakuan merata (Broadcast treatment dan blanket spray),
Ø  perlakuan jalur (Band treatment),
Ø  penyemprotan terarah (directed spray)
Ø  perlakuan setempat (Spot treatment)

Yang perlu diperhatikan saat menggunakan herbisida :
1.  Jenis herbisida, berkerja secara kontak atau sistemik
2.  Sifat herbisida selektif atau non selektif
3.  Waktu aplikasi herbisida: pra tanam, pra tumbuh atau pasca tumbuh
4.  Cara aplikasi herbisida, tergantung dari formulasi herbisida.

5.  Jenis gulma yang dikendalikan.


                                                      Rewrite and posted by Winarno, S.P.
                                                      (Asisten Litbang PTPN 7 Distrik Cinta Manis)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar